Igauan ku.
Tak pernah benar-benar hilang wajah itu,
ia terus saja datang mendobrak gerbang sadarku,
memaksaku untuk diam seribu bahasa sambil menarik seluruh ingatanku
pada hari-hari kemarin,
Betapa sekuat mungkin aku bergiat membuang
setiap sisa-sisa tapak dan tilasnya namun sia-sia,
ia tetap saja melekat bahkan menyatu dengan seluruh usahaku
lalu menciptakan ruang dan memenjarakannya bersama.
Senyum itu, mata itu, alis itu, bahkan gerutu dan
canda tawanya masih melekat kuat bagai lampu pijar
yang menerangi setiap sisi gelap rahang jiwaku.
Bagaimana mungkin aku bisa berlari sejauh-jauhnya
sedang langkahku selalu tertuju padamu,
dan kakiku entah kenapa tak pernah bisa mengambil arah yang berbeda darimu.
Aku kini benar-benar dilema berada diantara ruang hampa
yang memiliki kekuatan magnet yang sama...
Entah apa jadinya nanti...
Igauanku...
"Tuhan sampaikanlah ku merindunya."
sumber : cinta sastra by jasman al-mandary