3 June 2014

MENGGAPAI AWAN 3726 MDPL (Part 1)

MENGGAPAI AWAN 3726 MDPL (Part 1)
Bagi para inspirator, saya akan berbagi cerita tentang cita dan pengalaman yang berawal dari sebuah niat dan semangat yang tumbuh dari hati kecil untuk mewujudkankan apa yang kebanyakan orang hanya bisa bermimpi tapi tidak mempunyai niat dan semangat untuk menggapai awan dengan sejuta pesona diketinggian 3726 mdpl.

Pada awal mulanya saya mendaki gunung Bawakaraeng dengan ketinggian 2830 mdpl di kabupaten Gowa Sulawesi Selatan pada tanggal 17 Agustus 2008 bersama dengan rekan-rekan Asrama KPMB Makassar dan NIZEP Adventure.

Kemudian pada tanggal 12 May 2013 saya telah berpijak di ketinggian 3676 mdpl Puncak Mahameru gunung Semeru. Begitu penuh semangat dan keyakinan bisa berada di Pucak Mahameru sangatlah haru dan bahagia, karena rintangan dan Traking sangat menantang. Bisa kalian baca ceritanya di sini.

Nah sekarang saya akan menceritakan bagaimana pesona keindahan diketinggian 3726 mdpl. Kalo mau diceritakan pesona keindahan yang begitu menakjubkan dan berkesan sangatlah tidak bisa di bahasakan dan artikan dengan dengan sebuah kata “Menakjubkan” saja, tetapi harus dibuktikan dengan melihat langsung dengan mata telanjang bagaimana Menakjubkan nya itu.




Dari Kiri Berdiri : Ajhir, Dedy, Catur
Dari Kiri Duduk : Diko dan Lintar

Team kami hanya berlima, beranggotakan Asdedy, Diko Alvika, Lintar Alam, M Catur dan Saya sendiri tentunya. Saya, Dedy dan Diko Berangkat dari Kota Balikpapan menuju Lombok Timur sedangkan Lintar dan Catur berangkat dari Kota Makassar.

 Bandara Internasional Lombok, Mataram
Kami memang berencana Bertemu di Bandara International Mataram dan melanjutkan perjalanan ke desa sembalun Kecamatan Lombok Timur. Alhamdulillah kami diantar oleh salah satu Supir yang bernama Agus, ia memang biasanya mengantar tamu yang ingin mendaki ke gunung Rinjani, ia pula yang mengarahkan kami untuk menginap disalah satu warga Sembalun yang berprofesi sebagai Guru. Bapak Bajuari nama guru tersebut, ia sangat ramah dan sangat membantu memberikan Informasi tentang bagaimana Tracking / Jalur ketika mendaki gunung Rinjani. Bapak Bajuari pula yang menyarankan kami agar memakai Porter untuk membantu pendakian kami lancar, memang sih awalnya kami tidak ingin memakai Porter untuk mendaki tetapi untunglah kami memutuskan memakai Porter karena memang sangat membantu. Nanti saya ceritakan kehebatan dan kenapa harus memakai jasa Porter.

 Didalam perjalanan menuju Desa Sembalun, Kami singgah mengisi lambung tengah dengan menu sederhana nan berkesan.

Sebelum Memulai pendakian, berfoto bersama dengan Pak Juhari.

Pada tanggal 22 May 2014 kami memulai petualangan kami untuk menggapai awan di ketinggian 3726 mdpl, sebelum memulai pendakian saya meregistrasi kawan-kawan di Taman Nasional Gunung Rinjani (TNGR). Biaya Regitrasinya sebesar Rp. 5.000.- perorang dan Perhari untuk Pendaki Lokal.

Dikantor Registrasi Taman Nasional Gunung Rinjani (TNGR).


Kami harus melewati tiga pos dan dua pos extra. Kami memulai perjalanan pada pukul sembilan pagi dari desa Sembalun menuju pos I waktu yang kami tempuh sekitar dua Jam yang berjarak 1,300 M, melewati kebun strawbery dan padang savana dengan keindahan bukit teletubies yang luas dan panas. Kami istirahat di Post I mengatur napas dan mecoba meluruskan badan sejenak untuk menambah kekuatan kami. Kemudian kami melanjutkan perjalanan ke Pos II dengan jarak tempuh 1,500 M waktu yang kami habiskan sekitar 2 Jam, karna jalurnya menang sudah mulai menanjak dan melewati bukit-bukit indah yang seakan memberikan senyum kepada kami untuk tetap semangat. Seperti halnya di pos I kami pun beristirahat dan makan siang di Pos II, karena waktu menunjukkan jam satu siang. Tenaga pun harus diisi dengan karbohidrat dan energi agar bisa menggapai awan di ketinggian 3726 mdpl. Ketika kami berada di Pos II kami bertemu dengan team dari Indos*t Adventure yang juga melakukan pendakian, mereka rombongan yang beranggotakan sekitar 28 Orang. Tetapi dua orang duluan dan rencana menginap di Pos III. Sisanya akan memulai pendakian pada esok harinya. Setelah makan siang, sekitar jam satu lewat empat puluh lima menit siang kami melanjutkan untuk ke Pos III yang berjarak 1,800 M dengan jarak tempuh sekitar 2,5 jam, Sesampai di Pos III Extra kami Istirahat Sejenak untuk mengambil air. Karena persedian air kami telah habis. Kami pun mengambil air dibawah bukit yang jaraknya dekat hanya saja sangat curam. Jadi harus berhati-hati ketika menuruni bukit tersebut. Air yang kami ambil bukan dari aliran sungai tetapi air genangan yang ada di lubang tanah yang harus di tenangkan dengan ranting pepohonan agar pasirnya tidak naik kepermukaan. Airnya sangat segar dan tidak berbau hanya saja harus sabar agar pasir nya tidak naik kepermukaan ketika mengambil air. Jarak dari Pos III extra ke Pos III yang sesungguhnya tidaklah jauh sekitar 200 M dengan yang bisalah di tempuh dengan waktu empat puluh lima menit yang melintasi satu bukit yang menanjak.


 Istirahat di Pos 1.

 Makan Siang di Pos 2.



Oya ada cerita unik nan lucu yang membuat kami tidak akan melupakannya, sahabat saya Diko alvika dengan semangatnya membawa tas ransel yang dia kira adalah tas dari porter yang kami sewa, tetapi ketika di perjalanan ia menanyakan apakah tas ransel tersebut milik poter itu, tetapi porter itu menjawab bahwa tas ransel itu bukan miliknya. Jadi kami semua tertawa terbahak bahak karena Diko begitu bersemangat hingga tas yang ia bawa adalah milik dari sahabat porter yang mengantarkannya ke rumah pak Juhari. Jadi selama perjalanan kami selalu bercanda kalo tas yang di bawa diko itu adalah tas siapa..??
Sesampainya di Pos III kami beristirahat dan bercanda sejenak agar rasa lelah kami bisa berkurang menambah semangat untuk benar-benar melangkah melewati Bukit Penyesalan yang memang medannya sangat-sangat-sangat-sangat menanjak membuat kami yang baru melewatinya sangat kelelahan dan kelaparan. Kami meninggalkan Pos III menuju Palawangan Sembalun yang berjarak 2,639 M dengan waktu normal dapat di tempuh selama 4 Jam (yah waktu untuk kekuatan Porter, Turis Asing dan pendaki yang sering melewati bukit Penyesalan). 

 Melepas Lelah di Pos 3.

Kami meninggalkan Pos III sekitar jam 16.00 dengan semangat dan penuh percaya diri bisa menaklukkan bukit penyesalan. Baru melangkah dari Pos III menuju Pos Extra sudah menggabiskan setengah kekuatan kami tetapi tidak akan pernah menghabiskan Semangat dan Niat kami untuk menggapai awan diketinggian 3726 Mdpl. Kami terus berupaya melangkah dan melangkah agar bisa sampai di palawangan sembalun, hingga matahari terbenam kami masih berada di area bukit penyesalan yang kami anggap tidak berujung dan selalu membuat kekuatan kami hampir habis, itu membuat psikologi kami hampir putus asa tidak dapat melanjutkan perjalanan dimana malam pekat beserta dinginnya area tersebut membuat kami harus banyak beristirahat dengan beban pundak yang berat, beban menahan lapar dan beban menahan dinginnya udara tersebut. Jam tangan ku menunjukkan sekitar jam delapan malam kami masih melangkah melewati bukit penyesalan ini. Salah satu dari kami masih terus memberikan semangat dan motivasi agar tetap semangat dan mampu melangkah agar sampai di Palawangan Sembalun. Semangatnya pun beraneka ragam mulai dari bahasa “Bonus” jalanan datarlah, jalanan menurunlah padahal tidak ada jalanan itu. Ataupun semangat palawangan sembalun sudah dekat tinggal satu bukit lagi. Padahal masih jauh jarak yang kami harus tempuh. Satu jam berlalu ketika saya melihat jam tangan dan kondisi teman-teman semakin lemah dan lemas. Dikarenakan persediaan air minum mulai habis begitu pula makanan kecil yang kami bawa masing-masih telah habis. Kami hanya berharap bagaiama cara bisa melewati bukit penyesalan ini dengan cepat dan sampai di Palawangan sembalun untuk meminta pertolongan Porter untuk membawakan kami makanan dan menolong beban kami ini. Kami memang Lemah dan Lelah tetapi sekali lagi kami tidak akan kehabisan semangat untuk Menggapai Awan di ketinggian 3726 mdpl.  

(bersambung ke part 2)


Keindahan selama perjalanan kami dari desa Sembalun hingga Pos 3


 Itu tas Ransel siapa yang kau bawa Diko Alvika.. ?? heheee
 
Share:

MENGGAPAI AWAN 3726 MDPL (Part 2)

MENGGAPAI AWAN 3726 MDPL (Part 2)

Memang sulit menantang bahkan menaklukan bukit penyesalan dengan beban berat yang kami bawa, tetapi semua itu bisa kami lewati dengan dengan semangat. Ingat dengan SEMANGAT. Sekali lagi dengan SEMANGAT.
Sebelum saya lanjutkan cerita perjalanan kami, saya akan memberikan informasi tentang biaya perjalanan kami mulai dari Bandara International Mataram. Untuk biaya transportasi dari bandara ke desa Sembalun kami menggunakan carter mobil Ava*za sekitar Rp. 500.000 itu sudah include dengan biaya bahan bakarnya. Bisa kalian menghubungi Bapak Agus di nomor telepon +62819 3670 1586. Ia sangat akrab dan banyak bercerita tentang bagaiamana pesonanya di pulau Lombok, sayangnya ia belum pernah mendaki pucak rinjani. Tetapi untuk pariwisata, kuliner dan oleh-oleh pulau Lombok ia akan memberikan informasi yang baik. Sesampai di desa Sembalun pak Agus mengantar kami di rumah Bapak Juhari. Bapak Juhari seorang guru di desa sembalun, di rumahnya juga sering dikunjungi banyak pendatang yang menginap untuk menggapai awan di ketinggian 3726 mdpl. Bapak Juhari sangat ramah dan akrab dengan pendatang. Dan ia juga banyak memberikan Informasi bagaimana situasi jalur, kondisi pendakian dan menyarankan kami untuk membawa Ransum yang baik dibawa ke Puncak. Silahkan menghubungi Bapak Juhari di nomor telepon +62819 1634 9666 atau +62853 3392 8666. Beliau juga yang menyarankan kami untuk menyewa jasa Porter untuk memudahkan kami dalam pendakian. Bemalam di rumah bapak Juhari disugukan kopi panas dan Makan Malam yang sederhana namun istimewa bagi kami. Untuk itu jangan sunkan ketika berkunjung ke desa Sembalun untuk menghubungi beliau agar memudahkan pendakian menuju puncak Rinjani.
Kami menyewa jasa Porter bernama mas Tan, itunama panggilannya ia tidak memberikan nama aslinya karena ia sangat pemalu dan merasa sebagai porter yang baru. Tetapi kami sering memanggilnya Andika. Kenapa kami memanggilnya Andika karena ia mirip sekali dengan vokalis salah satu band yang banyak digemari oleh kaum hawa muda. Kami pun tidak terlalu banyak menanyai nya karena memang ia sangat pendiam, hanya bicara ketika di tanya saja. Untuk biaya Porter dihargai sebesar Rp. 150.000,- perhari. Kami memakai jasanya sesuai dengan pembicaraan kami dengan bapak Juhari yaitu selama empat hari.

 Pesona Keindahan di Palawangan Sembalun, Puncak Rinjani seakan Dekat.


Mari kita lanjutkan cerita selanjutnya tentang perjalanan kami yang tersendat di bukit penyesalan. Pada malam itu kami sudah kehabisan tenaga dan merasa lapar, bahan makanan yang dibawa oleh porter yang telah berada di palawangan sembalun. Kami hanya bisa terus mencoba melangkah sekuat tenaga untuk bisa mencapai palawangan sembalun. Saya berinisiatif untuk menghubungi bapak Juhari karena memang diarea bukit penyesalah ada sinyal telepon. Maka saya menghubungi bapak Juhari agar menghubungi porter kami untuk turun kebawah membawa makanan dan membantu kami membawa tas Carrel yang besar dan berat itu. Tetapi pak Juhari tidak bisa menghubungi Porter kami atau pun Porter lainnya di Palawangan Sembalun karena sinyal disana memang jarang ada dan juga telepon selular para porter banyak yang non aktif. Namun inisiatif pak Juhari untuk memberikan kode lampu melaui Headlamp kami di terima di desa Sembalun. Memang untuk jalur itu keliatan dari desa tersebut. Pak Juhari memberi informasi bahwa jarak kami itu sudah dekat palawangan sembalun, beliau berkata sekitar tiga puluh menit lagi sampai di Pos terakhir yaitu Palawangan Sembalun. Tetapi apa daya kami yang telah kelelahan dan kondisi fisik kami menurun. Pak Juhari pun menyarankan untuk salah sau dari kami harus cepat melangkah ke Pos terakhir dan menginformasikan Porter agar Mengevakuasi kami. Lansung saja sahabat saya Dedy dengan semangat yang ia punya langsung melangkah laju walaupun memang kami tau semua tenaga telah habis. Ingatlah bahwa tenaga boleh habis tetapi Semangat tidak akan pernah habis. Dedy tiba di palawangan sembalun sedangkan saya dan diko masih berada dijalur menanjak sedangkan dua teman kami telah berdiam diri di bawah pohon cemara menunggu Evakuasi dan makakan dari bantuan Porter. Untung saja Porter cepat datang dan mengevakuasi dua teman kami yang memang sudah dalam keadaan lelah dan lapar. Nah disinilah Fungsi penting dalam menyewa jasa Porter, selain membantu kami dari menyiapkan tenda ataupun makanan kami, Porter juga befungsi membantu kami dalam Evakuasi ketika kami ada masalah di perjalanan. Porter kami yang bernama Fat dan temannya bernama Farhan membantu kami dengan membawkan kami roti dan selai kacang agar bisa mengganjal perut kami yang sudah keroncongan dan memcoba membantu dua kawan kami yang masih ada di bawah dengan kondisi kelelahan dan kelaparan, bahkan dua kawan kami telah membungkus dirinya dengan sleeping bag agar tidak terlalu kedinginan. Tak lama berjelang kami sampai di Pos terakhir palawangan sembalun. Waktu di jam tangan saja menunjukan pukul sepuluh lima belas menit. Tak lama kemudian dua teman kami telah datang dari evakuasi oleh porter sekitar tiga puluh menit setelah kedatangan saya di pos palawangan sembalun. Kami pun tidak berencana summit ke puncak Rinjani yang merupakan agenda kami kalau subuh ini kami harus summit. Karena kondisi yang sangat kelelahan dan menguras tenaga. Kami memutuskan untuk istirahat dan besok subuh baru kami akan mencoba summit ke puncak Rinjani.
Keesokan harinya kami menikmati pagi di palawangan sembalun dengan keindahan danau segara anak dan gunung baru membuat kami terkagum akan pesona keindahan yang di berikan sang Pencipta kepada manusia bahwasanya karunia yang diberikan melampui akal manusia.
Pagi yang cerah dan mempesona di kelilingi oleh berbagai turis asing yang juga senang mendaki di puncak rinjani ini. Mulai dari bangsa Malaysia, Tahiland, Korea, Jerman, Argentina, Belanda, Brazil dan lain-lain. Mereka memang sengaja untuk menggapain awan di ketinggian 3726 mdpl yang mempesona itu. Tetapi dari mereka menyewa jasa porter satu orang setiap turis yang datang. Jadi untuk makanan apapun yang mereka inginkan selalu di sediakan oleh porter tersebut.
Di pagi yang cerah ini pula ada kegiatan yang menakjubkan, banyak dari Monyet-monyet berdatangan untuk meminta makanan dari para pendaki, itu yang membuat para pendaki terhibur karena tingkah laku dari monyet tersebut yang lucu dan menggemaskan, Monyet tersebut memang liar tetapi tidak kasar dan menyerang pendaki, monyet tersebut hanya mengulurkan tanganya meminta sisa makanan dari para pendaki. Bahkan monyet-monyet tersebut berebut makanan dari lemparan para pendaki. Tak lama waktu berlangsung kabut awan mulai menyelimuti area palawangan sembalun dan monyet-monyet tersebut pun turun kebukit dan seraya hilang begitu saja.

 suasana di Palawangan Sembalun, monyet-monyet liar yang meminta makanan kepada para pendaki.

Ketika sarapan pagi siap dari kawan-kawan yang membuat dibantu oleh porter, kami pun sarapan bersama dan menikmati kopi panas ataupun susu jahe. Setelah sarapan bersama kami mulai berfoto-foto dengan latar puncak rinjani dan danau segara anak dihiasa oleh samudra awan yang mempesona.


 
Di palawangan sembalun kami juga menemui sahabat-sahabat dari berbagai daerah ada yang dari Kota Makassar yang mendaki dengan Sembilan orang ditemani oleh seorang yang memang sering membawa tamu ke puncak rinjani.
Tak terasa siang telah menjelang kami masih menikmati keindahan palawangan sembalun, semakin siang semankin banyak para pendaki yang datang dan mendirikan tenda untuk summit subuh nanti. Porter pun memasak sesuai dengan tugasnya dan sahabat saya Diko Alvika mencoba membuat kue Agar-agar tetapi kami lupa membeli gula, jadi gula digantikannya denga susu cair yang ada di perbekalan. Alhsilnya cukup membuahkan hasil, kue agar-agar tersebut jadi dengan cepat karena memang di palawangan sembalun cukup dingin dan tidak memerlukan freezer kulkas untuk membuat beku kue tersebut. Siang itu juga kami bertemu seorang yang telah melanglang buana di ketinggian gunung di Indonesia bahkan di mancanegara, nama bapak tersebut adalah Asep Serpha. Ia mengantarkan para peserta dari Indos*t Adventure untuk mendaki puncak Rinjani yang sebelumnya dia juga mengantarkan team tersebut di puncak Mahameru. Pak Asep pemilik toko Rumah Petualangan di Depok Jakarta mengajak kami untuk berkunjung ke kediamannya atau ke tokonya. Pak Asep juga bercerita banyak tentang pegunungan di Indonesia dan Mancanegara salah satunya Puncak jaya dan Himalaya. Ia pernah berada di ketinggian dengan hamparan es yang luar biasa. Ia juga mengajak kami kalau ada biaya bisa menghubunginya dan mengantarkan kami ke puncak Jaya Wijaya ataupun Himalaya. Pak Asep sangat Friendly dan bergaul dengan siapa saja, hingga para porter pun banyak yang ia kenal bahkan agak segan ketika bertemu dengan pak Asep. Pak Asep alumni dari WANADRI yang memang berpengalaman dalam Adventure lokal maupun International. Kami bercerita panjang sekali hingga sore menjelang dan menunggu peserta yang belum datang dari indos*t Adventure. Karena pak Asep adalah pendamping dari kelompok tersebut.
Sore yang diselimiti oleh kabut dari gunung rinjani membuat cuaca semakin dingin dan Nampak dari para porter bersiap-siap membuatkan makan malam dari para pendaki. Kami pun bergegas untuk membuat jamuan makan malam. 

(bersambung ke Part 3)

Beberapa Keindahan di Palawangan Sembalun








  


Share: