MENGGAPAI AWAN 3726 MDPL (Part 1)
Bagi para inspirator, saya akan berbagi cerita tentang cita dan pengalaman yang berawal dari sebuah niat dan semangat yang tumbuh dari hati kecil untuk mewujudkankan apa yang kebanyakan orang hanya bisa bermimpi tapi tidak mempunyai niat dan semangat untuk menggapai awan dengan sejuta pesona diketinggian 3726 mdpl.
Pada awal mulanya saya mendaki gunung Bawakaraeng dengan ketinggian 2830 mdpl di kabupaten Gowa Sulawesi Selatan pada tanggal 17 Agustus 2008 bersama dengan rekan-rekan Asrama KPMB Makassar dan NIZEP Adventure.
Kemudian pada tanggal 12 May 2013 saya telah berpijak di ketinggian 3676 mdpl Puncak Mahameru gunung Semeru. Begitu penuh semangat dan keyakinan bisa berada di Pucak Mahameru sangatlah haru dan bahagia, karena rintangan dan Traking sangat menantang. Bisa kalian baca ceritanya di sini.
Nah sekarang saya akan menceritakan bagaimana pesona keindahan diketinggian 3726 mdpl. Kalo mau diceritakan pesona keindahan yang begitu menakjubkan dan berkesan sangatlah tidak bisa di bahasakan dan artikan dengan dengan sebuah kata “Menakjubkan” saja, tetapi harus dibuktikan dengan melihat langsung dengan mata telanjang bagaimana Menakjubkan nya itu.
Pada awal mulanya saya mendaki gunung Bawakaraeng dengan ketinggian 2830 mdpl di kabupaten Gowa Sulawesi Selatan pada tanggal 17 Agustus 2008 bersama dengan rekan-rekan Asrama KPMB Makassar dan NIZEP Adventure.
Kemudian pada tanggal 12 May 2013 saya telah berpijak di ketinggian 3676 mdpl Puncak Mahameru gunung Semeru. Begitu penuh semangat dan keyakinan bisa berada di Pucak Mahameru sangatlah haru dan bahagia, karena rintangan dan Traking sangat menantang. Bisa kalian baca ceritanya di sini.
Nah sekarang saya akan menceritakan bagaimana pesona keindahan diketinggian 3726 mdpl. Kalo mau diceritakan pesona keindahan yang begitu menakjubkan dan berkesan sangatlah tidak bisa di bahasakan dan artikan dengan dengan sebuah kata “Menakjubkan” saja, tetapi harus dibuktikan dengan melihat langsung dengan mata telanjang bagaimana Menakjubkan nya itu.
Team kami hanya berlima, beranggotakan Asdedy, Diko Alvika,
Lintar Alam, M Catur dan Saya sendiri tentunya. Saya, Dedy dan Diko
Berangkat dari Kota Balikpapan menuju Lombok Timur sedangkan Lintar dan Catur
berangkat dari Kota Makassar.
Bandara Internasional Lombok, Mataram
Kami memang berencana Bertemu di Bandara International
Mataram dan melanjutkan perjalanan ke desa sembalun Kecamatan Lombok Timur.
Alhamdulillah kami diantar oleh salah satu Supir yang bernama Agus, ia memang
biasanya mengantar tamu yang ingin mendaki ke gunung Rinjani, ia pula yang
mengarahkan kami untuk menginap disalah satu warga Sembalun yang berprofesi
sebagai Guru. Bapak Bajuari nama guru tersebut, ia sangat ramah dan sangat
membantu memberikan Informasi tentang bagaimana Tracking / Jalur ketika mendaki
gunung Rinjani. Bapak Bajuari pula yang menyarankan kami agar memakai Porter
untuk membantu pendakian kami lancar, memang sih awalnya kami tidak ingin
memakai Porter untuk mendaki tetapi untunglah kami memutuskan memakai Porter
karena memang sangat membantu. Nanti saya ceritakan kehebatan dan kenapa harus
memakai jasa Porter.
Didalam perjalanan menuju Desa Sembalun, Kami singgah mengisi lambung tengah dengan menu sederhana nan berkesan.
Sebelum Memulai pendakian, berfoto bersama dengan Pak Juhari.
Pada tanggal 22 May 2014 kami memulai petualangan kami untuk
menggapai awan di ketinggian 3726 mdpl, sebelum memulai pendakian saya meregistrasi kawan-kawan di Taman Nasional Gunung Rinjani (TNGR). Biaya Regitrasinya sebesar Rp. 5.000.- perorang dan Perhari untuk Pendaki Lokal.
Kami harus melewati tiga pos dan dua pos extra. Kami memulai perjalanan pada pukul sembilan pagi dari desa Sembalun menuju pos I waktu yang kami tempuh sekitar dua Jam yang berjarak 1,300 M, melewati kebun strawbery dan padang savana dengan keindahan bukit teletubies yang luas dan panas. Kami istirahat di Post I mengatur napas dan mecoba meluruskan badan sejenak untuk menambah kekuatan kami. Kemudian kami melanjutkan perjalanan ke Pos II dengan jarak tempuh 1,500 M waktu yang kami habiskan sekitar 2 Jam, karna jalurnya menang sudah mulai menanjak dan melewati bukit-bukit indah yang seakan memberikan senyum kepada kami untuk tetap semangat. Seperti halnya di pos I kami pun beristirahat dan makan siang di Pos II, karena waktu menunjukkan jam satu siang. Tenaga pun harus diisi dengan karbohidrat dan energi agar bisa menggapai awan di ketinggian 3726 mdpl. Ketika kami berada di Pos II kami bertemu dengan team dari Indos*t Adventure yang juga melakukan pendakian, mereka rombongan yang beranggotakan sekitar 28 Orang. Tetapi dua orang duluan dan rencana menginap di Pos III. Sisanya akan memulai pendakian pada esok harinya. Setelah makan siang, sekitar jam satu lewat empat puluh lima menit siang kami melanjutkan untuk ke Pos III yang berjarak 1,800 M dengan jarak tempuh sekitar 2,5 jam, Sesampai di Pos III Extra kami Istirahat Sejenak untuk mengambil air. Karena persedian air kami telah habis. Kami pun mengambil air dibawah bukit yang jaraknya dekat hanya saja sangat curam. Jadi harus berhati-hati ketika menuruni bukit tersebut. Air yang kami ambil bukan dari aliran sungai tetapi air genangan yang ada di lubang tanah yang harus di tenangkan dengan ranting pepohonan agar pasirnya tidak naik kepermukaan. Airnya sangat segar dan tidak berbau hanya saja harus sabar agar pasir nya tidak naik kepermukaan ketika mengambil air. Jarak dari Pos III extra ke Pos III yang sesungguhnya tidaklah jauh sekitar 200 M dengan yang bisalah di tempuh dengan waktu empat puluh lima menit yang melintasi satu bukit yang menanjak.
Dikantor Registrasi Taman Nasional Gunung Rinjani (TNGR).
Kami harus melewati tiga pos dan dua pos extra. Kami memulai perjalanan pada pukul sembilan pagi dari desa Sembalun menuju pos I waktu yang kami tempuh sekitar dua Jam yang berjarak 1,300 M, melewati kebun strawbery dan padang savana dengan keindahan bukit teletubies yang luas dan panas. Kami istirahat di Post I mengatur napas dan mecoba meluruskan badan sejenak untuk menambah kekuatan kami. Kemudian kami melanjutkan perjalanan ke Pos II dengan jarak tempuh 1,500 M waktu yang kami habiskan sekitar 2 Jam, karna jalurnya menang sudah mulai menanjak dan melewati bukit-bukit indah yang seakan memberikan senyum kepada kami untuk tetap semangat. Seperti halnya di pos I kami pun beristirahat dan makan siang di Pos II, karena waktu menunjukkan jam satu siang. Tenaga pun harus diisi dengan karbohidrat dan energi agar bisa menggapai awan di ketinggian 3726 mdpl. Ketika kami berada di Pos II kami bertemu dengan team dari Indos*t Adventure yang juga melakukan pendakian, mereka rombongan yang beranggotakan sekitar 28 Orang. Tetapi dua orang duluan dan rencana menginap di Pos III. Sisanya akan memulai pendakian pada esok harinya. Setelah makan siang, sekitar jam satu lewat empat puluh lima menit siang kami melanjutkan untuk ke Pos III yang berjarak 1,800 M dengan jarak tempuh sekitar 2,5 jam, Sesampai di Pos III Extra kami Istirahat Sejenak untuk mengambil air. Karena persedian air kami telah habis. Kami pun mengambil air dibawah bukit yang jaraknya dekat hanya saja sangat curam. Jadi harus berhati-hati ketika menuruni bukit tersebut. Air yang kami ambil bukan dari aliran sungai tetapi air genangan yang ada di lubang tanah yang harus di tenangkan dengan ranting pepohonan agar pasirnya tidak naik kepermukaan. Airnya sangat segar dan tidak berbau hanya saja harus sabar agar pasir nya tidak naik kepermukaan ketika mengambil air. Jarak dari Pos III extra ke Pos III yang sesungguhnya tidaklah jauh sekitar 200 M dengan yang bisalah di tempuh dengan waktu empat puluh lima menit yang melintasi satu bukit yang menanjak.
Istirahat di Pos 1.
Makan Siang di Pos 2.
Oya ada cerita unik nan lucu yang membuat kami tidak akan melupakannya, sahabat saya Diko alvika dengan semangatnya membawa tas ransel yang dia kira adalah tas dari porter yang kami sewa, tetapi ketika di perjalanan ia menanyakan apakah tas ransel tersebut milik poter itu, tetapi porter itu menjawab bahwa tas ransel itu bukan miliknya. Jadi kami semua tertawa terbahak bahak karena Diko begitu bersemangat hingga tas yang ia bawa adalah milik dari sahabat porter yang mengantarkannya ke rumah pak Juhari. Jadi selama perjalanan kami selalu bercanda kalo tas yang di bawa diko itu adalah tas siapa..??
Sesampainya di Pos III kami beristirahat dan bercanda sejenak
agar rasa lelah kami bisa berkurang menambah semangat untuk benar-benar
melangkah melewati Bukit Penyesalan yang memang medannya
sangat-sangat-sangat-sangat menanjak membuat kami yang baru melewatinya sangat
kelelahan dan kelaparan. Kami meninggalkan Pos III menuju Palawangan Sembalun
yang berjarak 2,639 M dengan waktu normal dapat di tempuh selama 4 Jam (yah
waktu untuk kekuatan Porter, Turis Asing dan pendaki yang sering melewati bukit
Penyesalan).
Melepas Lelah di Pos 3.
Kami meninggalkan Pos III sekitar jam 16.00
dengan semangat dan penuh percaya diri bisa menaklukkan bukit penyesalan. Baru
melangkah dari Pos III menuju Pos Extra sudah menggabiskan setengah kekuatan
kami tetapi tidak akan pernah menghabiskan Semangat dan Niat kami untuk
menggapai awan diketinggian 3726 Mdpl. Kami terus berupaya melangkah dan
melangkah agar bisa sampai di palawangan sembalun, hingga matahari terbenam
kami masih berada di area bukit penyesalan yang kami anggap tidak berujung dan
selalu membuat kekuatan kami hampir habis, itu membuat psikologi kami hampir
putus asa tidak dapat melanjutkan perjalanan dimana malam pekat beserta
dinginnya area tersebut membuat kami harus banyak beristirahat dengan beban
pundak yang berat, beban menahan lapar dan beban menahan dinginnya udara
tersebut. Jam tangan ku menunjukkan sekitar jam delapan malam kami masih
melangkah melewati bukit penyesalan ini. Salah satu dari kami masih terus
memberikan semangat dan motivasi agar tetap semangat dan mampu melangkah agar
sampai di Palawangan Sembalun. Semangatnya pun beraneka ragam mulai dari bahasa
“Bonus” jalanan datarlah, jalanan menurunlah padahal tidak ada jalanan itu. Ataupun
semangat palawangan sembalun sudah dekat tinggal satu bukit lagi. Padahal masih
jauh jarak yang kami harus tempuh. Satu jam berlalu ketika saya melihat jam
tangan dan kondisi teman-teman semakin lemah dan lemas. Dikarenakan persediaan
air minum mulai habis begitu pula makanan kecil yang kami bawa masing-masih
telah habis. Kami hanya berharap bagaiama cara bisa melewati bukit penyesalan
ini dengan cepat dan sampai di Palawangan sembalun untuk meminta pertolongan
Porter untuk membawakan kami makanan dan menolong beban kami ini. Kami memang
Lemah dan Lelah tetapi sekali lagi kami tidak akan kehabisan semangat untuk
Menggapai Awan di ketinggian 3726 mdpl.
(bersambung ke part 2)
Keindahan selama perjalanan kami dari desa Sembalun hingga Pos 3
Itu tas Ransel siapa yang kau bawa Diko Alvika.. ?? heheee